“ Aku ragu ada dan tiadaku
“Cinta itu anugrah maka berbahagialah, sebab kita sengsara bila tak punya cinta.
Cobaan pasti datang menghadang, rintangan pasti datang menghujam.
Namun cinta itu kan membuatmu mengerti akan arti kehidupan. “
namun ‘cinta’ mengatakan
bahwa aku ada “
bahwa aku ada “
Wuih!!!Begitu dahsyatnya sebuah kata cinta hingga M. Iqbal, seorang penyair
muslim, menggambarkannya melalui puisi di atas. Kebayang nggak sih jika cinta
itu nggak ada? Pasti, dunia bakal hancur karena semua makhluk mementingkan diri
sendiri dan pastinya tidak akan terlahir seorang anak yang berbahagia dalam
hidupnya. Karena seperti puisi di atas, cinta membuat kita menjadi ada.
Sebenarnya apa sih yang membuat kita memiliki cinta? Yang pertama nih karena
Allah memberi fitrah kepada manusia untuk mencintai keindahan sehingga kita
mudah kagum dengan keindahan dan kecantikan yang nampak. Allah memang
menciptakan keindahan karena Allah itu indah dan mencintai keindahan.
Yang kedua karena manusia cenderung lemah dan tak berdaya. Oleh karenanya manusia akan mencari seseorang atau sesuatu yang dapat memberikan kekuatan, keperkasaan dan kegagahan. Dan sebagai remaja muslim nggak perlu susah-susah mencarinya karena di dalam Al Quran disebutkan bahwa pemilik semua itu adalah Allah. “Sesungguhnya Allah benar-benar Maha kuat lagi Maha perkasa. “ ( QS. 22 : 40 ). Sungguh Allah adalah yang terkuat dari yang kuat, yang paling perkasa dari yang perkasa, yang tergagah dari yang gagah.
Yang kedua karena manusia cenderung lemah dan tak berdaya. Oleh karenanya manusia akan mencari seseorang atau sesuatu yang dapat memberikan kekuatan, keperkasaan dan kegagahan. Dan sebagai remaja muslim nggak perlu susah-susah mencarinya karena di dalam Al Quran disebutkan bahwa pemilik semua itu adalah Allah. “Sesungguhnya Allah benar-benar Maha kuat lagi Maha perkasa. “ ( QS. 22 : 40 ). Sungguh Allah adalah yang terkuat dari yang kuat, yang paling perkasa dari yang perkasa, yang tergagah dari yang gagah.
Sebab yang ketiga adalah karena sifat manusia yang cenderung membutuhkan
orang lain. Tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain, sehingga dari
rasa membutuhkan itu akan timbul rasa sayang untuk tidak menyakiti karena dia
atau mereka adalah orang yang kita butuhkan. Tul, nggak?
Sudah yakin kan kalau cinta adalah anugrah dari Allah, sekarang tinggal kita
mempraktekkannya. Orang yang sudah mempraktekkan anugerah cintanya dapat dilihat
dari tanda-tanda sebagai berikut. Pernah mengagumi seseorang? Pasti pernah. Nah
kekaguman itu termasuk tanda-tanda cinta meski dalam taraf awal. Ketika kita
takjub akan kepandaian seseorang, maka kita akan percaya apa yang dikatakan.
Ketika kita kagum akan sebuah lukisan, maka kita nggak akan rela kalau lukisan
itu rusak. Begitu juga dengan cinta pada Allah. Pada saat kita mampu mengagumi
Allah melalui ciptaan-Nya, maka saat itulah cinta kita sudah mulai bermunculan.
Dan bila cinta sudah melekat gula jawa terasa coklat… eh… maksudnya kalau kita
sudah cinta sama Allah pasti apapun yang Allah firmankan tak akan pernah kita
tidakkan. Kita akan rela mengorbankan apapun agar Allah tidak meninggalkan kita.
Ya, nggak?
Itu baru tanda pertama, sedangkan tanda lainnya adalah banyak mengingat,
merenungkan, melamunkan apa yang kita cintai. Ketika melihat sesuatu yang
berhubungan dengan yang kita cintai pasti kita langsung ingat dan
menyebut-nyebutnya. Jika melihat kebesaran Allah kita langsung bilang
‘masyaAllah’, ‘subhanallah’, ‘Allahu akbar’ dan kata-kata lain yang menyiratkan
ingatan kita pada-Nya.
Bila kedua tanda di atas sudah terpenuhi, boleh kok dibilang kita sudah
sedikit mempraktekkan cinta. Tapi agar cinta yang sudah Allah berikan tidak kita
salah gunakan untuk mencintai hal-hal yang tidak disukai-Nya, tempatkanlah cinta
pada posisi yang benar. Manusia cenderung memiliki dua penempatan akan cinta.
Ada orang yang menempatkan cinta berdasarkan nafsu yang lebih mengarah pada
keinginan untuk memiliki. Cinta orang seperti ini tentu mudah hilang dan
sifatnya fana, karena yang diinginkan biasanya hal-hal yang berupa materi,
penampilan fisik seperti kecantikan, ketampanan, de el el. Segala hal dilakukan
demi mendapatkan kepuasan nafsu. Walaupun Allah memang memberi manusia kecintaan
akan dunia, harta benda dan keluarga, bukan berarti lantas kita bebas membiarkan
nafsu kita tanpa mempedulikan kebenaran di hadapan-Nya. Kalau udah gitu apa
bedanya kita dengan syetan yang menghalalkan segala cara agar mendapat teman
nanti di neraka? Na’udzubillah!
Kemudian ada juga orang yang menempatkan cinta itu berdasarkan syar’i yang
mengarah pada aturan Islam, yang mencintai hanya karena yang dicintai akan dapat
mengingatkan kita akan kebesaran Allah. Cinta yang nantinya akan jadi penolong
di hari yang tidak ada pertolongan selain dari-Nya. Cinta yang benar-benar tidak
dilandasi nafsu ingin menguasai dan memiliki karena semuanya dilakukan atas
dasar ikhlas karena Allah. Cinta semacam ini bersifat abadi. Yang tak akan
lenyap ditinggal zaman.
Oleh karena itu tebarkanlah cinta karena Allah di bumi-Nya, agar hidup
menjadi indah. Jangan khawatir cinta kita akan habis karena memang cinta itu
diciptakan berlapis-lapis. Laksana kuku yang tak habis walau sering dipotong.
Dan juga karena kecintaan pada Allah ternyata bisa menyelamatkan orang yang
mencintai-Nya dari azab-Nya. Rasulullah bersabda, “Demi Allah, Dia tidak akan
mengazab kekasih-Nya, tetapi Dia telah mengujinya di dunia.“ [safna al izzah
+]
“Cinta itu anugrah maka berbahagialah, sebab kita sengsara bila tak punya cinta.
Cobaan pasti datang menghadang, rintangan pasti datang menghujam.
Namun cinta itu kan membuatmu mengerti akan arti kehidupan. “
___________________
Sumber : Buletin Insan edisi 23/februari 2002
Sumber : Buletin Insan edisi 23/februari 2002
0 komentar:
Posting Komentar