Dikutip dari buku "Tasauf Modern" karya Prof. Dr. Hamka
Ada orang yang berkata bahwa pengalaman dan penderitaan hidup itu paling
penting di dalam menuju bahagia. Tetapi kita berpendapat lain. Kalau hanya
dengan pengalaman saja, tentu umur akan habis, sebab pengalaman itu
kian hari kian ganjil, pengalaman kemarin tidak ada lagi, begitupun nanti.
Usiapun habislah sebelum pengalaman penuh, rahmat dan ketentraman tentu tidak
akan terdapat, sehingga bahagianya hanya jadi
kenangan saja.
Tidaklah
mesti seorang saudagar menempuh rugi dahulu, baru dia tahu rahasia keuntungan
kelak. Itu terlalu jauh.! Tidaklah mesti seorang nakhoda mengkaramkan
kapalnya yang pertama lebih dahulu, baru dia tahu rahasia pelayaran.
Ya, kalau si saudagar masih panjang umur dan si nakhoda masih bisa hidup !
Kalau tidak arang habis besi binasa, tukang menghembus payah saja.
Kalau
hanya sekolah dengan pengalaman saja, uang sekolah dibayar terlalu mahal dan
belum tentu akan lulus ujian. Apalagi sekolah kehidupan tidak dapat
ditentukan bila tamat kelasnya, putik kelapa jatuh juga, yang mudapun jatuh
dan yang tua lebih lagi, masanya tidak dapat
ditentukan.
Meskipun kita
akui pengaruh pengalaman, tetapi bukanlah itu yang terpenting, pengalaman
adalah sebagai langkah yang pertama. Adapun pelajaran hidup yang kedua
ialah memperhatikan alam. Alam adalah laksana sebuah kitab besar yang
terhampar di muka kita, didalamnya tertulis perjuangan hayat yang telah
ditempuh lebih dahulu oleh orang lain. Disitu dapat kita tilik bagaimana
orang lain telah naik, telah mujur dan bahagia, dan dapat pula kita lihat
mereka jatuh, tersungkur, ada yang tak bangun lagi, ada yang menyesal
selama-lamanya. Kita dengar pekik orang yang kesakitan, maka kita
tanyakan kepadanya apa sebab dia jatuh, setelah itu kita tidak tahu
lagi dijalan yang pernah dilaluinya. Semuanya itu kita pelajari dengan
seksama dari kitab yang terbentang itu. Itulah dia rahasia perkataan raja
dari segala pujangga dunia, Nabi Muhammad SAW mengambil i'tibar dari kejadian
orang lain itu adalah jalan beroleh bahagia.
Didalam medan hidup, adalah
beberapa undang-undang yang harus dijaga dan diperhatikan. Ada yang berhubung
dengan kesehatan tubuh, dengan keberesan akal dan yang berhubung dengan
kemuliaan budi. Disamping itu pula yang tertentu untuk menjaga kemenangan dan
kebahagiaan. Semua pokok undang-undang yang mesti dijalankan itu adalah
buah perjalanan hidup manusia sejak dunia terkembang, ditambah, diperbaru,
menurut giliran zaman dan waktu, dengan pimpinan dari alam gaib. Kalau segala
peraturan itu dijaga, dipelajari dan dijalankan, hiduplah manusia dalam
hikmat Tuhan, dianugerahkan-Nya, dan barangsiapa yang beroleh nikmat
itu berarti dia telah mendapat
perolehan yang amat banyak.
Cobalah
perhatikan seorang putri rupawan yang halus budi sedang asyik memelihar
bunga. Dipetiknya bunga itu dari kebun dan dipindahkannya ke atas mejanya.
Ditukarnya air bunga itu setiap pagi dan sore, dipelihara, dicium dan
dipandangnya dengan pandang berahi dan cinta, sampai bunga itu
layu, kelopaknya jatuh dan tiap-tiap lembaran kembang itu lurut sehelai demi sehelai.
Maka alam ini adalah laksana kebun bunga itu,
bunga-bunga yang ada didalamnya ialah perjalanan kehidupan manusia.
Kita cium setiap hari untuk menjadi keuntungan diri, yang busuk
kita jauhi, durinya kita awasi, baunya dicium juga. Dari sebab memetik
bunga dan menghindarkan durinya itu, kita merasai lezat cinta tenteram.
Pulanglah kapal dari Mekkah, penuh muatan orang haji,
awas-awas adik melangkah, memetik bunga dalam duri Jika pandai meniti buih, selamat badan ke
seberang
0 komentar:
Posting Komentar